Khamis, 12 Mei 2011

Di bangku itu


[..dia tahu hidupnya makin garang mengasak dirinya. Langkahnya jua kian berat mengheret rantai-rantai yang kemas memasung dirinya. Rantai yang datang dari halus bisikan nafsu. Kejernihan akalnya kian hilang di dalam payah mengayuh kudrat kerana bujukan bisikan itu. Dia amat tahu. Di sini, hari ini, di bangku kayu ini dia ingin berehat seketika, berhenti untuk melihat barang sebentar, kali ini sahaja, memerhati sungguh-sungguh akan alam yang lembut beredar di sekelilingnya.
   Maka di bangku kayu, di tengah kehijauan taman ini dia menghirup kembali keindahan yang lama dia lupakan. Kembali merasai kelembutan bayu yang lembut mengusap segenap indera. Lalu di dongakkan kepala memerhatikan luas jagat raya dan larat mega yang indah di hiasi puing awan-awan yang tersenyum berlalu.
   Dan ketika itu jiwanya gementar menyambut kembali keindahan alam dan seisinya. Harmoni irama gemawan mergastua yang singgah di telinga menyentak hulu hatinya. Hati yang lama membeku itu hangat kembali.
    Akhirnya ...senyuman itu kembali...kembali menguntum di sebalik kelamnya wajah dia.]

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...